Inilah Cobaan bagi Penghafal Al Quran. Anda termasuk yang mana?

No Comments


Santri-hafidz** Khususnya bagi penghafal 
Al Quran, tentu tidak asing lagi dengan yang namanya malas, sibuk, mood jelek, otak panas dan lain-lain. Yah wajar sih......kalau dipikir-pikir, bukan cuma penghafal Al Quran aja kok. Apapun aktifitas kita sebenarnya akan terserang "penyakit" itu. Apalagi berurusan dengan penghafal Al Quran yang notabene menghafal kalamullah, pasti godaan itu terasa berat karena syetan pasti akan makin gencar menggoda kita. Betul?

         Nah berikut akan dibahas mengenai cobaan/ujian bagi para penghafal Al Quran. Tentu saja ini hanyalah obrolan kebanyakan dari pengalaman-pengalaman para hafidz dan hafidzoh. Tentu ini berbeda pada tiap individu dan sama sekali bukan tolok ukur....sekali lagi....ini bukan tolok ukur. Jadi tolong sikapi artikel ini dengan bijak ya? Disini saya tidak mau menjadi provokator bahasan kita nanti. Justru saya berusaha untuk meluruskan yang sekiranya kurang pas.

1. Keluarga

Apa maksud cobaan keluarga ini? Ada sebagian teman-teman saya di pesantren cerita kepada saya masalah keluarga ini. Ini meliputi banyak aspek dan biasanya saling berkaitan dengan masalah selanjutnya yang nanti akan kita bahas.
Masalah yang pertama ini kalau untuk yang akhwat biasanya masalah pernikahan. Orang tua kita menjodohkan dengan seseorang yang telah dipilih oleh ayah atau ibu kita. Dan seperti kebanyakan orang, kebayang tidak dijodohkan dengan orang yang mungkin kita belum ada rasa cinta? Sumpek toh.....ya tapi jika diantara anda ada yang seperti itu tidak masalah juga. Awalnya tidak kenal dan tidak cinta, nanti juga akan timbul rasa cinta. Eeiits.....tapi disini saya tidak mau bahas itu ya. Hehee....    
     Dulu ada teman saya di pesantren cerita katanya sedang galau tingkat "dewa" karena disuruh “boyong” (keluar dari pesantren) karena mau dinikahkan dengan orang pilihan bapak dan ibunya. Padahal cewek ini masih ingin tinggal di pesantren menyelesaikan hafalan nya (karena dia belum selesai hafalan). Tapi apa boleh buat, desakan dari ortunya begitu kuat dan dia tidak bisa melawan kehendak ortunya sendir. Akhirnya dia menikah juga dengan kondisi hafalannya belum selesai. Sebenarnya menikah bukan hambatan dalam mengahafal. Justru ada banyak orang yang dengan menikah justru hafalannya lebih terjaga. Asal ada komitmen diantara kedua pasangan untuk saling mengingatkan.
Kedua, biasanya masalah pekerjaan,  yang disarankan oleh pihak keluarga. Mereka mendesak kita untuk segera bekerja. Yang mengharuskan kita keluar dari pesantren atau menghabiskan waktu untuk bekerja.
Dulu saya sempat melawan kehendak bapak dan sodara-sodaraku dalam masalah pekerjaan ini. Ketika kelulusan SMK dan sudah pegang ijazah, saya disuruh kerja ke jakarta dibawa kakak. Rencananya mau didaftarkan ke tempat kakak saya bekerja (PT. NSK) di daerah bekasi. Tapi diluar dugaan, setelah izin sama kyaiku ternyata izinku untuk boyong dari pesantren ditolak. wah.....DITOLAK???  Iya ditolak.....waktu itu ABI (panggilan santri kepada beliau) hanya berkomentar...”udah disini aja dulu, sekarang kamu kerja nanti punya anak 2 badanmu sudah bungkuk” Ya sudah.... akhirnya saya tinggal di Pesantren sampai waktu yang lumayan.

2. Lawan Jenis
Kalau udah ngomongin yang satu ini bawaannya ketawa mulu (inget masa-masa itu. wkwkk...) Semua orang di Pesantren mayoritas sudah pernah “terjerat” masalah ini. Masalah yang satu ini memang banyak menghiasi daftar ta’zir pesantren. Malah ada jargon dari teman-teman, katanya “Aturan itu dibuat untuk dilanggar” wah...ngaco neh anak... :D. 
Tapi memang kenyataanya kasus ini hampir rata diseluruh pesantren kok. Yang pasti sih sembunyi-sembunyi. Saya berpendapat seperti ini pun pasti banyak yang nolak. Akan tetapi masalah ini hanya terjadi di ruang lingkup kamar pesantren. Jadi kemungkinan pihak pengurus tidak begitu tahu. Wuehehe.....(jangan salahkan saya kalau ada pengurus yang baca ini terus ngobrak-abrik kamar nyari bukti. Hehehe.....)

   Dan khususnya bagi penghafal Al Quran entah itu di pesantren atau diluar, kebanyakan mengalaminya juga. Kenapa bisa seperti itu? Jawabannya....mari kita berfikir sejenak. Orang yang menghafal Al Quran itu adalah tugas mulia, pasti godaannya pun tidak gampang. Dan biasanya syetan akan memilih masalah yang umum bisa melemahkan hati. Karena masalah hati/cinta memang sangat mudah masuk ke hati manusia. Dan syetan pun melancarkan aksinya lewat jalan itu. Godaan awal memang terlihat mulia. Seperti misalnya “Ah...cuma kakak-adek'an aja kok” atau “biar tambah semangat” atau “biar ada yang mengingatkan” Tapi apa yang terjadi selanjutnya adalah kebalikannya.....kita stres dengan masalah ini. Yah kita tahu sendirilah lika-liku percintaan. tidak perlu dijelaskan gamblang (mungkin ada diantara pembaca malah sudah bersertifikasi pacaran. wuehehe.....)

3. Penyakit
Masalah selanjutnya adalah penyakit. Kalo ngomongin yang satu ini biasanya berakhir cek-cok sama temen. Apa pasal bisa cek-cok? Masalahnya simple.....teman-teman di pesantren berkeyakinan kalau “mondok itu belum afdhol kalo belum kena penyakit gudig(sejenis penyakit gatal kulit pada sela-sela jari dan bisa rata diseluruh badan, kulit melepuh). Ya terang aja saya menolak mentah-mentah. Sangat tidak masuk akal dan terkesan dibuat-buat.

Kebetulan saya belum pernah kena gudig, akhirnya saya jadi sasaran bully teman-teman  dengan alasan ngawur itu. Saya bertanya-tanya sendiri...masa iya sih berkah dan tidaknya orang nyantri itu ditandai dengan penyakit gudig? Jujur hati saya berontak. Sangat tidak masuk akal. Akhirnya saya tanya ke ustadz saya. Dan jawabannya mengejutkan “Tidak ada alasan seperti itu. Itu pemahaman yang salah. Itu hanya dawuh kyai agar santri itu sabar, semangat dan betah di pesantren” PLOOONGGG.......tenang sudah hati ini. Hehehe.....
Pemahaman santri ini kadang banyak yang salah. Mereka taklid buta tanpa didasari ilmu yang cukup. Misalnya,dulu ada teman dengan sengaja mencuri mangga yang jelas-jelas ditulis dibawah pohon “mangga khusus abah. Santri dilarang ngambil”. Tapi teman saya ini ketika saya ingatkan,malah dengan bangganya sambil ketawa bilang, “Gus dur itu bisa jadi kyai kondang dan wali Allah dulu nyantrinya juga mencuri mangga kyainya” kaget dan tidak habis pikir dengan pemikiran anak ini. Setelah itu saya tanya ke ustadz, beliau dari jember, Jawa Timur. Beliau bilang “Itu ilmu dari mana? Itu ngawur dan sama sekali tidak mencerminkan santri. Sengaja dan dengan bangganya mengambil kesimpulan yang salah kaprah. Santri itu jangan menggampangkan hukum. Apalagi menggampangkan mencuri dengan dasar hukum yang ngawur. Itu mangga kyainya sendiri dicuri. Besok bisa jadi TV kyainya yang dicuri. Kamu jangan terpengaruh pikiran bodoh itu”.

4. Pekerjaan

         Yups....pada bahasan ini memang sangat mebingungkan. Apalagi jika kita dari kalangan keluarga miskin seperti saya ini. Seperti tulisan saya diatas, saya pernah disuruh ortu buat kerja di jakarta. Setelah sekian lama saya memutuskan tetap tinggal di pesantren, lambat laun keinginan kerja itu sungguh tidak bisa saya tahan lagi karena mendengar teman-teman sekelas dulu sudah banyak yang bisa beli ini-itu sendiri. Sementara saya masih mengandalkan kiriman dari ortu. Tapi permintaan izin kepada kyaiku berkali-kali ditolak. Apa boleh buat, saya hanya bisa gigit jari. Setelah beberapa kali ditolak, akhirnya saya nyerah juga. Ya nyerah karena tidak berani izin boyong lagi. Prinsip saya saat itu sederhana...sami’na wa atho’na (baca: pakai dhommir انا ya) . Udah itu aja. Saya berharap suatu saat nanti akan mendapatkan hikmah dari keputusan itu.


5. Keluarga Meninggal
Ada juga sebagian orang yang berpemahaman seperti itu. Tulisan pembukaan diatas sudah saya katakan, semua bukan ilmu mutlak, semua masalah diatas kondisional. Bukan berarti terjadi pada satu orang, terus akan terjadi pada semua orang yang menghafal.

 Kita harus pintar membedakan antara ujian yang bisa mendatangkan pahala dengan ujian yang hanya bisa membuat syetan tertawa dengan memasukkan ke hati kita kalau menghafal Al Quran itu "PASTI" akan ada keluarga kita yang meninggal. Saya pribadi sangat tidak setuju dengan pemikiran seperti ini. Itulah kalau kita hanya membaca tapi kita sendiri tidak mempraktekkan. Orang hanya menemukan tulisan di internet, terus main posting....akhirnya meracuni pikiran sebagian orang.
       Mungkin memang ada sebagian keluarga si penghafal yang meninggal, tapi jangan juga itu dijadikan jargon...”oww...berarti kalo menghafal itu keluarga kita pasti akan meninggal?” wah repot kalau begini caranya, semua orang berfikir ribuan kali dong kalau mau menghafal. Lah sekarang pertanyaannya, apa kalau kita tidak menghafal, terus keluarga kita tidak meninggal? Hayoo....itu pertanyaan sekaligus bantahan untuk prinsip ngawur tadi. Jadi tolonglah buka pemikiran seluas-luasnya agar tidak salah persepsi menakutkan untuk orang lain yang ingin memulai menghafal Al Quran.
Intinya ....diperlukan pengetahuan yang memadai menyikapi masalah cobaan dalam menghafal kitabullah ini. Jika tidak, yang timbul hanyalah ketakutan atau kekhawatiran. Yang lebih parahnya lagi, karena ingin statusnya di facebook atau sosmed di "like" atau dikomentari banyak orang, akhirnya membuat status yang sebenarnya mereka sendiri sudah punya pengetahuan akan hal itu. Celakanya kalau status itu dibaca orang lain, dengan kemampuan nalar orang berbeda-beda, membuat pola pikirnya terpengaruhi. Yang tadinya mau menghafal Al Quran akhirnya batal karena informasi yang salah. Belum lagi jika orang tersebut cerita kepada teman-temannya yang mungkin juga tidak paham masalah yang sebenarnya. Akhirnya yang terjadi "sesat dan menyesatkan". Na'udzubillah min dzaalik. 
Semoga kita diberikan hidayah oleh Allah untuk meyakini bahwa menghafal Al Quran bukanlah untuk menyiksa atau membuat susah hambanya yang ingin menghidupkan agama ini dengan menghafal firman Nya. Akan tetapi Allah ingin membahagiakan hambanya dunia dan akherat. 
Yang harus kita pahami, jika ingin jadi pohon tinggi, bersiap-siaplah diterpa angin, karena itu adalah keharusan bagi pohon tinggi, tapi tidak sembarangan orang bisa meraih tingginya ujung pohon itu. Jika tidak mau, maka jadilah rumput, aman tidak akan diterpa angin besar yang bisa merobohkan dirinya, tapi orang cacat pun bisa menginjaknya. Kambing pun bisa seenaknya menginjak-nginjak. Bahkan buang kotoran pun dirumput.  Mau pilih mana kawan? Pilihan ada ditanganmu. :)

Semoga tulisan sederhana ini bisa menyemangati teman-teman semua dalam menghafal atau membaca Al Quran. Mari kita berjuang bersama dengan Al Quran. SEMANGAT..!!!

Salam pejuang Al Quran

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar: