Santri-hafidz** Khususnya bagi penghafal Al Quran, tentu tidak asing lagi dengan yang namanya malas, sibuk, mood jelek, otak panas dan lain-lain. Yah wajar sih......kalau dipikir-pikir, bukan cuma penghafal Al Quran aja kok. Apapun aktifitas kita sebenarnya akan terserang "penyakit" itu. Apalagi berurusan dengan penghafal Al Quran yang notabene menghafal kalamullah, pasti godaan itu terasa berat karena syetan pasti akan makin gencar menggoda kita. Betul?
1. Keluarga
Apa maksud cobaan keluarga ini? Ada sebagian teman-teman saya di
pesantren cerita kepada saya masalah keluarga ini. Ini meliputi banyak aspek
dan biasanya saling berkaitan dengan masalah selanjutnya yang nanti akan kita
bahas.
Masalah yang pertama ini kalau untuk yang akhwat biasanya masalah
pernikahan. Orang tua kita menjodohkan dengan seseorang yang telah dipilih oleh
ayah atau ibu kita. Dan seperti kebanyakan orang, kebayang tidak dijodohkan
dengan orang yang mungkin kita belum ada rasa cinta? Sumpek toh.....ya tapi
jika diantara anda ada yang seperti itu tidak masalah juga. Awalnya tidak kenal
dan tidak cinta, nanti juga akan timbul rasa cinta. Eeiits.....tapi disini saya
tidak mau bahas itu ya. Hehee....
Dulu ada teman saya di pesantren cerita
katanya sedang galau tingkat "dewa" karena disuruh “boyong” (keluar
dari pesantren) karena mau dinikahkan dengan orang pilihan bapak dan ibunya.
Padahal cewek ini masih ingin tinggal di pesantren menyelesaikan hafalan nya
(karena dia belum selesai hafalan). Tapi apa boleh buat, desakan dari ortunya
begitu kuat dan dia tidak bisa melawan kehendak ortunya sendir. Akhirnya dia
menikah juga dengan kondisi hafalannya belum selesai. Sebenarnya menikah bukan
hambatan dalam mengahafal. Justru ada banyak orang yang dengan menikah justru
hafalannya lebih terjaga. Asal ada komitmen diantara kedua pasangan untuk
saling mengingatkan.
Kedua, biasanya masalah pekerjaan, yang disarankan oleh
pihak keluarga. Mereka mendesak kita untuk segera bekerja. Yang mengharuskan
kita keluar dari pesantren atau menghabiskan waktu untuk bekerja.
Dulu saya sempat melawan kehendak bapak dan sodara-sodaraku dalam
masalah pekerjaan ini. Ketika kelulusan SMK dan sudah pegang ijazah, saya
disuruh kerja ke jakarta dibawa kakak. Rencananya mau didaftarkan ke tempat
kakak saya bekerja (PT. NSK) di daerah bekasi. Tapi diluar dugaan, setelah izin
sama kyaiku ternyata izinku untuk boyong dari pesantren ditolak. wah.....DITOLAK??? Iya ditolak.....waktu itu ABI (panggilan santri kepada beliau) hanya berkomentar...”udah disini aja dulu, sekarang
kamu kerja nanti punya anak 2 badanmu sudah bungkuk” Ya sudah.... akhirnya saya tinggal di
Pesantren sampai waktu yang lumayan.
2. Lawan Jenis
Kalau udah ngomongin yang satu ini bawaannya ketawa mulu (inget
masa-masa itu. wkwkk...) Semua orang di Pesantren mayoritas sudah pernah
“terjerat” masalah ini. Masalah yang satu ini memang banyak menghiasi daftar
ta’zir pesantren. Malah ada jargon dari teman-teman, katanya “Aturan itu dibuat untuk dilanggar” wah...ngaco neh anak... :D.
Tapi memang kenyataanya kasus ini hampir rata diseluruh pesantren
kok. Yang pasti sih sembunyi-sembunyi. Saya berpendapat seperti ini pun pasti
banyak yang nolak. Akan tetapi masalah ini hanya terjadi di ruang lingkup kamar
pesantren. Jadi kemungkinan pihak pengurus tidak begitu tahu.
Wuehehe.....(jangan salahkan saya kalau ada pengurus yang baca ini terus
ngobrak-abrik kamar nyari bukti. Hehehe.....)
3. Penyakit
Masalah selanjutnya adalah penyakit. Kalo ngomongin yang satu ini
biasanya berakhir cek-cok sama temen. Apa pasal bisa cek-cok? Masalahnya
simple.....teman-teman di pesantren berkeyakinan kalau “mondok itu belum afdhol kalo
belum kena penyakit gudig(sejenis penyakit gatal kulit pada sela-sela jari
dan bisa rata diseluruh badan, kulit melepuh)”. Ya terang aja saya
menolak mentah-mentah. Sangat tidak masuk akal dan terkesan dibuat-buat.
Kebetulan saya belum pernah kena gudig,
akhirnya saya jadi sasaran bully teman-teman dengan alasan ngawur itu. Saya bertanya-tanya
sendiri...masa iya sih berkah dan tidaknya orang nyantri itu ditandai dengan
penyakit gudig? Jujur hati
saya berontak. Sangat tidak masuk akal. Akhirnya saya tanya ke ustadz saya. Dan
jawabannya mengejutkan “Tidak ada alasan seperti itu. Itu pemahaman yang
salah. Itu hanya dawuh kyai agar santri itu sabar, semangat dan betah di
pesantren” PLOOONGGG.......tenang sudah hati ini. Hehehe.....
Pemahaman santri ini kadang banyak yang salah. Mereka taklid buta
tanpa didasari ilmu yang cukup. Misalnya,dulu ada teman dengan sengaja mencuri
mangga yang jelas-jelas ditulis dibawah pohon “mangga
khusus abah. Santri dilarang ngambil”. Tapi teman saya ini ketika saya
ingatkan,malah dengan bangganya sambil ketawa bilang, “Gus dur itu bisa jadi kyai kondang
dan wali Allah dulu nyantrinya juga mencuri mangga kyainya” kaget dan tidak habis pikir dengan
pemikiran anak ini. Setelah itu saya tanya ke ustadz, beliau dari jember, Jawa Timur. Beliau bilang “Itu
ilmu dari mana? Itu ngawur dan sama sekali tidak mencerminkan santri. Sengaja
dan dengan bangganya mengambil kesimpulan yang salah kaprah. Santri itu jangan
menggampangkan hukum. Apalagi menggampangkan mencuri dengan dasar hukum yang
ngawur. Itu mangga kyainya sendiri dicuri. Besok bisa jadi TV kyainya yang
dicuri. Kamu jangan terpengaruh pikiran bodoh itu”.
4. Pekerjaan
5. Keluarga Meninggal
Ada juga sebagian orang yang berpemahaman seperti itu. Tulisan
pembukaan diatas sudah saya katakan, semua bukan ilmu mutlak, semua masalah
diatas kondisional. Bukan berarti terjadi pada satu orang, terus akan terjadi
pada semua orang yang menghafal.


Intinya ....diperlukan pengetahuan yang memadai menyikapi masalah
cobaan dalam menghafal kitabullah ini. Jika tidak, yang timbul hanyalah
ketakutan atau kekhawatiran. Yang lebih parahnya
lagi, karena ingin statusnya di facebook atau sosmed di "like" atau
dikomentari banyak orang, akhirnya membuat status yang sebenarnya mereka
sendiri sudah punya pengetahuan akan hal itu. Celakanya kalau status itu dibaca
orang lain, dengan kemampuan nalar orang berbeda-beda, membuat pola pikirnya
terpengaruhi. Yang tadinya mau menghafal Al Quran akhirnya batal karena informasi
yang salah. Belum lagi jika orang tersebut cerita kepada teman-temannya yang
mungkin juga tidak paham masalah yang sebenarnya. Akhirnya yang terjadi "sesat
dan menyesatkan". Na'udzubillah min dzaalik.
Semoga kita diberikan hidayah oleh Allah untuk meyakini bahwa
menghafal Al Quran bukanlah untuk menyiksa atau
membuat susah hambanya yang ingin menghidupkan agama ini dengan menghafal
firman Nya. Akan tetapi Allah ingin membahagiakan hambanya dunia dan
akherat.
Yang harus kita pahami, jika
ingin jadi pohon tinggi, bersiap-siaplah diterpa angin, karena itu adalah
keharusan bagi pohon tinggi, tapi tidak sembarangan orang bisa meraih tingginya
ujung pohon itu. Jika tidak mau, maka jadilah rumput, aman tidak akan diterpa
angin besar yang bisa merobohkan dirinya, tapi orang cacat pun bisa
menginjaknya. Kambing pun bisa seenaknya menginjak-nginjak. Bahkan buang
kotoran pun dirumput. Mau pilih mana kawan? Pilihan ada
ditanganmu. :)
Semoga tulisan sederhana ini bisa menyemangati teman-teman semua
dalam menghafal atau membaca Al Quran. Mari kita berjuang bersama dengan Al Quran. SEMANGAT..!!!
Salam pejuang Al Quran
0 komentar:
Posting Komentar